hai!!!
ini adalah new tab yang akan di isi untk perkenalan para gitaris.
biar adil saya akan menampilkan 10 gitaris lokal & 10 gitaris luar,,,,
OCE!!!!!
Pada awalnya, Ian Antono merupakan seorang drummer. Namun setelah mendengar musik-musik The Shadows ia mulai berminat menjadi gitaris. Ia pun akhirnya bergabung dengan band Abadi Soesman yang waktu itu namanya cukup diperhitungkan. Tahun 1970 ia hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan band Bentoel yang menjadi pengiring bagi penyanyi Emilia Contesa dan Trio The King.
Akhirnya tahun 1974 ia resmi menjadi gitaris God Bless dan merilis album-album seperti Huma Diatas Bukit (1975), Cermin (1980), Semut Hitam (1989). Nama Ian Antono mulai menarik perhatian karena pada saat itu atmosfer musik rock di Indonesia belum ada yang memulai. God Bless lah yang pertama kali mempelopori. Secara otomatis Ian juga menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rock Indonesia.
Dewa Budjana (I Dewa Gede Budjana; lahir di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 30 Agustus 1963; umur 46 tahun) adalah anggota grup musik Gigi.
Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik, khususnya gitar, sudah sangat dominan terlihat sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Klungkung Bali. Sampai-sampai, Budjana kecil pernah mencuri uang kakeknya untuk sekedar memeuhi keinginannya membeli gitar pertamanya seharga 10.000 Rupiah.
Sejak memiliki gitar pertama inilah yang membuat Budjana tidak lagi memiliki semangat untuk bersekolah, baginya gitar adalah nomor 1. Pada saat itu Budjana mempelajari sendiri teknik bermain gitar, dan dia mampu dengan cepat mahir mempelajari lagu Deddy Dores berjudul Hilangnya Seorang Gadis dan lagunya The Rollies berjudul Setangkai Bunga, itupun disaat ia sama sekali belum tersentuh literatur-literatur musik/gitar yang formal.
Eet Sjahranie selalu dihubungkan dengan kepiawaiannya memetik dawai gitar. Setelah Ian Antono, Eet disebut-sebut sebagai jawara gitar di tanah air. Imej itu memang layak disandangnya. Terlebih ia kini menjadi salah satu gitaris grup rock Indonesia yang cukup disegani, EdanE. Dilahirkan di Bandung, 3 Februari 1962 dengan nama Zahedi Riza Sjahranie, anak ketujuh dari kedepan bersaudara ini mulai menyenangi musik saat menginjak usia 5 atau 6 tahun. Maklum kakak-kakanya sering memutar lagu-lagu barat, seperti Deep Purple, Jimi Hendrix, Led Zeppelin, The Beatles, hingga Bee Gees.
Kendati diakuinya hal itu sedikit banyak mempengaruhi kepekaan rasanya dalam bermusik, bukan gara-gara itu yang menggugah hatinya belajar gitar. "Justru yang membuat saya mendalami musik karena melihat Koes Plus. Asyik banget melihat aksi panggung Yok atau Yon Koeswoyo," ujar Eet mengenang. Awalnya ia belajar gitar dengan seorang anak yang jadi yang juru parkir di depan sekolahnya di Samarinda Kalimantan Timur, tempat keluarganya bermukim saat itu. Sehabis pulang sekolah, ia selalu mengajak sohib-sohibnya belajar gitar bersama. Sejak itu "secara alamiah saya belajar sendiri," tuturnya. Mulai dari lagu daerah, folksong, dangdut sampai lagu-lagu pop yang sedang populer saat itu ia coba untuk mencari akord-akordnya.
Di masa kecil, sesekali Eet sering diajak ayahnya, A Wahab Sjahranie yang pernah jadi Gubernur Kalimantan Timur 1967-1977, ke Jakarta, sekalian mengunjungi kakaknya yang sedang studi di Ibukota. Sang kakak kebetulan mahir bermain gitar klasik. Kesempatan itu tidak disia-siakan Eet untuk mencuri ilmunya. "Lumayan ia mengajarkan satu lagu klasik," katanya Sekembalinya, Eet menunjukan kebolehannya di hadapan teman-temannya. Merasa mendapat perhatian lebih dari kawan-kawannya, Eet kian percaya diri untuk lebih mendalami teknik permainan gitar. Lagu-lagu yang rhythm dan petikan melodinya enggak gampang, ia jelajahi. Keinginannya pun semakin menggebu ketika orangtuanya membelikan gitar elektrik. Berbeda yang ia alami saat memetik gitar akustik, dengan gitar elektrik ia mulai tahu sound-sound aneh. Referensi musiknya sedikit demi sedikit mulai bertambah. "Orientasi saya tidak lagi dengar lagu-lagu Indonesia, tapi lagu-lagu barat. Kayaknya lebih asyik," tutur Eet.
Pada 1978, keluarga Sjahranie boyong ke Jakarta. Ia melanjutkan sekolah di Perguruan Cikini. Tahu Eet jago main gitar, teman-teman sekolahnya yang suka ngeband mengajaknya ikut Festival Band SLTA se-Jakarta. Tak disangka, Eet mendapat gelar gitaris terbaik, sedang Cikini's Band menduduki peringkat kedua. Selain itu, Eet ikut membantu pengisi musik untuk operet sekolahnya. Di situ ia bertemu Iwan Madjid, yang lalu mengenalkannya dengan Fariz RM dan Darwin. Temu punya temu, mereka sepakat membentuk grup band, namanya WOW. "Tapi belum terealisir saya sudah kadung pergi ke Amerika," ujar Eet. (WOW sendiri sempat mengeluarkan album, minus Eet). Di negeri Paman Sam, Eet mengambil Workshop Recording Sound Engineering di Chillicote, Ohio selama tiga bulan. Selama di sana, ia banyak bertemu musisi Indonesia, yang juga sedang studi musik, antara lain kawan lamanya Fariz RM dan Iwan Madjid, serta Ekie Soekarno. Pertemanan mereka berlanjut sampai di tanah air. Dalam beberapa kesempatan, Eet kerap diajak rekaman. Saat Fariz RM menggagas proyek album Barcelona, Eet mengisi sound gitarnya. Atau waktu Ekie Soekarno membuat album Kharisma I dan Kharisma II. Saat menggarap album Ekie, Eet bertemu Jockie Surjoprajogo, yang lalu mengajaknya masuk God Bless, menggantikan posisi Ian Antono. Tak hanya sebagai player, Eet juga ditawari produser rekaman untuk menggarap beberapa proyek album solo rock. Dari beberapa nama yang diajukan, Eet memilih Ecky Lamoh. Alasannya, ia sudah tertarik dengan warna vokal Ecky sejak sama-sama mengisi album Kharisma-nya Eki Soerkarno. Tapi, Eet ingin format solo album dirubah menjadi duo. Titelnya "E dan E", singkatan dari Ecky Lamoh dan Eet Sjahranie. Namun, ditengah jalan, kedua musisi ini malah membentuk grup band. Fajar S. (drum) dan Iwan Xaverius (bas) yang sejak awal ikut merancang konsep album mereka, diajak bergabung. Jadilah namanya berubah menjadi EdanE.
Bersama EdanE, Eet mencurahkan kemampuannya dalam bermain gitar. Impiannya menjadikan grup rock, yang paling tidak secara musical sama kualitasnya dengan grup-grup rock dari luar, berusaha ia wujudkan. Hasilnya, semua orang mengakui Eet terbilang berhasil mempresentasikan musik rock yang bermutu. Sayatan-sayatan gitar yang bertehnik serta eksperimen distorsi sound-nya yang njelimet, banyak membuat orang berdecak. Maka, tidak terlalu berlebihan jika ia dijuluki salah satu kampiun gitar rock di Indonesia.
Bersama EdanE, Eet telah banyak memiliki penggemar karena cara dia memainkan gitar sungguh tak dapat dipandang sebelah mata. Dalam debutnya bersama EdanE, Eet telah mengeluarkan 6 album.
Donny Suhendra (lahir di Bandung, Jawa Barat, 9 November 1960; umur 49 tahun) adalah gitaris dan musisi Indonesia. Ia memulai kariernya pada tahun 1977 sebagai guitarist WE band. Pada tahun 1978-1982 menjalani study di ITB jurusan senirupa dan disain. Kemudian Pada tahun 1979 bergabung dengan band Rock G’Brill di kota Bandung.Dan di tahun 1981 mendirikan band Fusion D’Marzio serta membuat rekaman bersama penyanyi Rien Jamain.
Tahun 1985, ia bergabung bersama group band KRAKATAU bersama Dwiki Dharmawan, Budhy Haryono dan Pra Budi Dharma, berpartisipasi di YAMAHA LIGHT MUSIC CONTEST Tokyo Jepang pada tahun 1985. Ia juga memperoleh beberapa penghargaan antara lain sebagai Guitarist Terbaik di Indonesia dari YAMAHA LIGHT MUSIC CONTEST pada tahun 1985.
Kemudian pada tahun 1991 membentuk ADEGAN Band bersama Indra Lesmana, Gilang Ramadhan, Hari Moekti, dan Mates, serta membuat 3 album. Juga ditahun yg sama tergabung sebagai guitarist Java Jazz yang menghasilkan album Sabda Prana dan melakukan beberapa pertunjukan di beberapa kota di Amerika. Selain itu beliau pun aktif sebagai session player untuk beberapa rekaman artist. Pada Tahun 1999, beliau membuat album solo “Disini ada kehidupan”. Pada saat ini Donny Suhendra tergabung dalam NERA Band bersama Gilang Ramadhan, Ivan Nestorman, Krisna Prameswara, dan Adi Dharmawan. Selain itu juga pada tahun 2006 ikut andil dalam pembuatan album Syaharani & the Queenfireworks dan hingga saat ini masih aktif melakukan tour bersama Syaharani.
Aktivitas lain yg dilakukan oleh Donny Suhendra hingga saat ini adalah sebagai pengajar dalam bidang musik. a.l.Ikut mendirikan sekolah musik Gladi Resik Musik Lab bersama-sama dengan; Todung Panjaitan dan Gilang Ramadhan.
I Wayan Balawan (lahir di Gianyar, Bali, 9 September 1973; umur 36 tahun) adalah pemusik Jazz Indonesia. Balawan adalah seorang gitaris Jazz yang nama mencuat dan semakin difavoritkan di Indonesia dengan teknik bermain gitar Touch Tapping Style. Balawan membentuk Batuan Ethnic Fusion yang mengusung eksplorasi musik tradisional Bali.
Lahir di Surabaya, pada tanggal 03 Januari 1971. Anak pertama dari empat bersaudara, tertarik main musik rock pertama kali setelah menonton video musik dari KISS. Pada saat SMP sempat kursus gitar, awalnya gitar klasik, namun setelah itu lebih tertarik pada gitar elektrik. Belajar gitar selama hampir 2 tahun dan akhirnya memutuskan untuk mengembangkan diri sampai sekarang.
"Aku suka belajar dari orang lain, dalam arti aku suka mengambil pelajaran dari pribadi, karakter, dan sifat orang-orang disekelilingku. Bagiku, mereka bisa memberi banyak hal yang kuperlukan untuk pergaulan, pemikiran dan untuk hidupku. Aku juga tidak keberatan orang lain belajar sesuatu dari aku (live to learn, learn to live). Bagiku membuat orang lain bahagia, adalah sesuatu yang paling membahagiakan. Mungkin disitulah letak kebahagiaanku yang paling besar. Aku sendiri nggak tau kenapa begitu. Aku mungkin juga termasuk orang yang agak idealis, tapi memang wajar setiap orang punya idealisme dalam hidupnya. Dan mungkin perlu untuk bisa tetap survive dan menjadi sosok yang diinginkan oleh orang itu sendiri. Begitu juga dengan aku. Menjadi diriku sendiri adalah yang selalu kuusahakan dalam berbagai hal. Bila bericara tentang keinginanku untuk menjadi diriku sendiri, juga berkaitan dengan keinginanku di musik. Aku sangat mencintai musik, musik bagiku adalah segalanya (music is my life). Musik membuatku bahagia dan mendapatkan kepuasan batin. Aku juga bisa menuangkan ide-ide dan keinginan-keinginanku akan keindahan. Harmonisasi dari bunyi-bunyian sangat membuatku merasa nyaman, apalagi aku sendiri yang menciptakannya. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa. Dan aku juga ingin musikku bisa dinikmati oleh orang lain, meskipun aku tidak harus memenuhi “selera pasar”, tapi bila musikku bisa dinikmati oleh banyak orang, betapa akan sangat membahagiakan".
Pertama kali John Paul Ivan ngeband sewaktu di SMA, setelah itu membentuk band RADD bersama Henry (bass). Setelah itu John Paul Ivan banyak bergabung dengan band-band Surabaya antara lain BULDOZER, BIG PANZER (sempat merekam dua single dalam album INDONESIAN ROCK & METAL produksi Harpa Records tahun 1990). Pada tahun 1991, John Paul Ivan kembali lagi bertemu dengan Henry di group LOST ANGELS yang merupakan cikal bakal BOOMERANG.
Dalam masalah musik tentu saja John Paul Ivan selalu terbawa dalam atmosfir Boomerang. "Aku dan Boomerang tumbuh dan besar bersama-sama, bagiku Boomerang merupakan tempat dimana aku bisa mencurahkan keinginan dan ide-ide musikku. Dengan bekerja dalam team atau sebuah band, kita akan maju dan berkembang bersama untuk menghasilkan karya atau lagu yang sesuai dengan keinginan kita sendiri. Keinginanku untuk Boomerang adalah membawa group ini berkembang dan bisa dikenal oleh lebih banyak orang. Akan memberi kepuasan tersendiri bila lebih banyak orang yang bisa ikut menikmati musik yang kami bawakan. Tapi memang segala sesuatu tidak mudah, harus dengan ketekunan dan kesungguhan yang luar biasa. Aku mungkin memang ambisius, tapi sikap ambisius yang bisa memicu untuk lebih berkembang dan maju. Bukan jenis ambisiusitas yang oportunis dan mementingkan keinginan sendiri saja. Pengaruh musik yang aku dapatkan antara lain dari Jimi Hendrix, Joe Satriani, Led Zeppelin, dan nggak lain KISS sendiri yang udah mengubah jalan hidupku, tumbuh menjadi besar seiring besarnya Boomerang".
Setelah 3 tahun dengan nama Lost Angels, dan lebih dari 11 tahun bersama dengan memakai nama Boomerang yang telah menghasilkan 7 album, John Paul Ivan memutuskan hengkang dari band yang dia rintis dari sejak awal, dikarenakan udah tidak ada kecocokan lagi bersama 3 teman lainnya dalam mengembangkan karir dan eksistensi Boomerang di masa depan. John Paul Ivan melakukan konser terakhirnya bersama Boomerang di Dili, East Timor, pada tanggal 12 Juni 2005, dan merupakan show yang fenomenal dalam sejarah karir Boomerang karena dipadati hampir 70.000 penonton yang datang di stadion untuk menyaksikan konser perpisahan John Paul Ivan dengan Boomerang.
Seiring dengan waktu kesendiriannya, John Paul Ivan banyak melakukan showcase ngejam bersama teman2 musisi dan dj, dan sempat membentuk band project dengan nama 'John Paul Ivan Trio'. Pada bulan November 2005, John Paul Ivan menerima tawaran dari Log Zhelebour untuk gabung (featuring) di band U9, setelah melewati proses negosiasi John Paul Ivan memutuskan untuk gabung dan segera masuk studio rekaman di Jakarta untuk penggarapan album kedua U9 di awal January 2006. Setelah selesai membuat 3 video klip, album 'Complex' rilis dipasaran pada bulan July 2006, dan John Paul Ivan siap tour show kembali bersama U9. Selama tahun 2007 John Paul Ivan banyak melakukan show sendiri, baik dalam featuring di band-band nasional atau internasional, dan beberapa DJ, akhirnya John Paul Ivan memutuskan untuk lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan debut album solo nya. Wait N See!
Ada yang baru dalam penampilan Iwan Fals Band, hadirnya gitaris Totok Tewel menggantikan posisi Sonata, gitaris lama di band Iwan Fals yang hengkang untuk fokus di band miliknya sendiri.
Totok Tewel disamping dikenal rajin berimprovisasi dalam permainan gitarnya, juga dikenal sebagai seorang gitaris yang enerjik dan total. Simak saja penampilan perdananya menggawangi gitar, baik elektrik maupun akustik, di Konser Kemerdekan Iwan Fals pada 16/8 lalu.
Ibarat pemain sepak bola, Totok tidak hanya piawai bermain gitar. ‘Gerakan-gerakan tanpa gitarnya’ yang enerjik, tetap mengundang aplaus penonton hingga gelaran konser berakhir. Pendeknya, ada saja yang dilakukan Totok sepanjang gelaran konser di atas panggung.
Sebetulnya, wajah Totok Tewel, lelaki asal Malang yang lebih banyak disapa Tewel oleh fansnya ini, tidak sama sekali baru. Semenjak lama, Totok sering menjadi additional musician di band Iwan Fals. Disamping itu, Totok juga kerap tampak di berbagai pertunjukan Iwan Fals, meski sekedar bersilaturahmi.
Kiprah Totok mengenal dekat seorang Iwan Fals, sudah jauh terjadi semenjak Tour SWAMI I, di era 90-an. Masuknya Totok ke jajaran band Iwan Fals, bahkan diperkirakan akan menambah ”keras” suara gitar di band Iwan Fals, meski ditepis Totok. ”Tidak lah, biasa saja, kita bermusik mungkin akan diselaraskan dengan kemauan Mas Iwan. Apalagi saya juga bukan musisi rock,” urainya kepada iwanfals.co.id.
Khusus mengenai warna musik yang disukai Totok, iwanfals.co.id sempat memergoki Totok bahkan tertawa riang, sewaktu mengiringi ibu-ibu istri veteran di salah satu tembang jenaka. Ini juga yang mendukung pernyataan Totok, yang mengakui menyukai beragam jenis musik, baik itu keroncong, rock, atau apapun. ”Apa saja lah, saya tidak fanatik di satu jenis musik,” urainya.
Usai bergabungnya Totok di band Iwan Fals, lantas akan seperti apa warna band Iwan Fals sendiri, dia mengaku semuanya ‘mengalir’ saja. Sama sekali tidak tahu akan seperti apa penampilan band sesudah dia tampil. ”Apa adanya saja. Dan terlebih sudah ada slogan ‘Kita Bermusik Dengan Kejujuran' masing-masing,” urainya.
Dia mengaku enggan menyatakan, sebagian pemusik memang benar-benar mempengaruhi kondisi ataupun warna karya sebuah kelompok. Karena dalam bermusik, ketika sudah berkontribusi di kelompok, semua sudah atas nama tim. ”Yang terpenting bagiku, melakukan penyesuaian terhadap ketentuan di band, serta menyesuaikan diri terhadap kebutuhan musiknya,” urainya.
Sementara terkait kendala, menurutnya kemungkinan tidak ada. Terlebih, terhadap seluruh personil band Iwan Fals yang lain. ”Dengan personil Iwan, rasanya sudah cukup nyantel. Sudah tahu selanya masing-masing,” tambahnya.
Ditanya, terkait karya bermusik dari band sendiri, mudah-mudahan kedepannya tetap kompak dalam bermusik. Karena sebetulnya yang dibutuhkan oleh sebuah kelompok band, adalah kekompakan.
Disamping itu, selain kompak di dalam kelompok band masing-masing personil mesti ‘satu jiwa’, serta rukun di luar musik. Itu juga hal terpenting. Sebab dimisalkannya, jika saat berkumpul, lantas ada rasa tidak enak karena satu atau lain hal, pasti akan berpengaruh ke karya musik. ”Itulah yang jadi harapan saya,” tambahnya.
Totok mengaku pertama kali mengenal Iwan Fals, di Rock Kemanusiaan. Sementara, mengenal dekatnya, semenjak Tour SWAMI I sekitar tahun 90-an. Bahkan, semenjak di Rock Kemanusiaan, Iwan juga kerap bertandang ke rumah kostnya, demikian sebaliknya, sudah itu lantas Totok ditawari terlibat di Tour SWAMI.
Sementara, di musisi Iwan Fals, Totok mengaku kenal dekat dengan Edy Daromi (keyboard). Edy adalah rekannya semenjak dulu, ketika masih di ELPAMAS.
Harapan terkait lagu-lagu Iwan Fals, mudah-mudahan Iwan Fals nggak ‘kena’ penyakit malas berkarya. Sementara, ketika ditanya sebaiknya Iwan Fals banyak bermain di lagu bertema sosial atau cinta, menurutnya hal itu bukan porsinya untuk memberi penilaian.
Bahkan menurut Totok, dia mengaku hanya sebatas ‘bunyi’ saja. Jika ada kekurangan-kekurangan di musiknya, dia baru akan memberi masukan. Sementara, untuk sektor lirik, baginya hal tersebut bebas-bebas saja. ”Terserah Mas Iwan saja. Cenderung berkarya kedepannya pada lirik-lirik sosial kah, human interest, atau cinta,” tambah Totok seraya menambahkan, baginya lirik apa saja pasti disukai.
Sebagai seorang lokomotif di band Iwan Fals, musisi yang lainnya ibarat tinggal mengikuti saja. Sembari sesekali memberi masukan jika dibutuhkan. ”Yang lainnya ya mengikuti saja,” tambah lelaki Arema kelahiran 1958.
Sangat pentingnya dukungan fans terhadap musisi untuk melalui berbagai proses pendewasaan hingga mengantarkan ke tingkat kemapanan seorang pemusik dalam berkreasi, hingga tak salah jika dia berharap fans Iwan Fals dapat terus bertambah.
Apalagi menurutnya, jika musisi sudah semakin berumur, memang kecenderungannya fans akan berkurang. Meski kemungkinan itu bisa juga salah, bergantung lagi pada karya-karyanya, ”Kuncinya di Mas Iwan, mudah-mudahan tidak malas berkarya, karena sesungguhnya dengan karya juga bisa terus menambah fans,” tandasnya
Adakah Gitaris indonesia yang mempunyai full Album instrumental? Ada, Tjahjo Wisanggeni, gitaris rock ini justru merekam dan mengedarkan di Amerika tahun 1992. Direkam di studio Cherokee, kawasan California, menurut saya cukup bagus. Mengingat album ini dikerjakan di studio dalam waktu singkat. Konon, untuk mengisi track Guitar dan Keyboard yang memang dilakukan sendiri oleh Tjahjo hanya dalam waktu satu hari. Dibantu oleh John Stenber yang mengisi track Bass dan Mark Bistany pada posisi drum, yang tak lain adalah "bandmate"nya di NOSFERATU. Kalau kita mendengarkan seluruh komposisi, maka kita akan mendapatkan "aura" nya Steve Vai dan Yngwie J Malmsteen di album ini yang terdiri dari 8 lagu. Untuk lagu yang tempo cepat dan padat akan dapat ditemukan di "The Westbury", ada beberapa juga yang melodius. Pada "Morning Sun" bahkan kita mendapati sentuhan bossas dengan dominasi gitar akustik. Ada suasana dan aroma Jepang muncul pada "Hiroshima Nagasaki". Lagu-lagu yang lain adalah : Cowabunga, Goddnight Goodbye, Big Elephant dan Ballerina.
Parlin Burman Siburian (populer dengan panggilan Pay; lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 2 Mei 1970; umur 40 tahun) adalah salah seorang musikus Indonesia. Ia adalah anggota band rock BIP yang telah mengedarkan 2 album yakni "Turun dari langit" dan "Min Plus". Pay juga terpilih sebagai salah satu gitaris yang tampil di album Gitar Klinik dan jam session bersama Andy Timmons di Hard Rock Cafe Jakarta.
Pay merupakan mantan anggota Slank. Pay masuk Slank pada tahun 1989. Di masa itu Pay kenal dengan beberapa produser dan coba-coba menawarkan demonya Slank, akhirnya ketemu dan Slank diambil. Tahun 1990 Slank mulai rekaman, dengan personil yang terdiri dari Pay, Bimbim, Bongky, Indra dan Kaka.
Pay pernah bergabung bersama Andy Liany, Ronald, dan Once membentuk Fargat 27, dan merilis album "Seribu Angan".
Pay menikah dengan Cynthia Dewi Bayu Wardhani atau yang lebih dikenal dengan Dewiq, seorang penyanyi asal Ujung Pandang, Indonesia, yang juga seorang musikus dan penyanyi.
Senja mulai merapat. Gelap menapaki turun perlahan. Adzan maghrib berkumandang. Edi Kemput melepas gitarnya, lalu meletakkan dekat kibor. Edi turun panggung bergegas menuju masjid yang terletak di pelataran kompleks Balai Pemuda Surabaya. Edi berwudlu, kemudian mengisi shaf untuk melaksanakan shalat jamaah.
* Agus Wahyudi
Edi Kemput bersama sejumlah musisi Surabaya sedang bercengekerama. Sore itu, jadwal sound check jelang perhelatan musik bertajuk Rock # 716, dalam rangka menyemarakkan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-716, pada 15 Mei 2009 lalu.
Edi Kemput menjadi bintang tamu dalam acara itu. Kehadiran Edi tidak sendiri. Dia ditemani Hans Sinjal, Vokalis muda yang digadang-gadang bisa menggantikan Dayan (vokalis Grass Rock yang kini sudah almarhum) untuk Membangkitkan Grass Rock. Konser yang dihelat di UPTD Balai Pemuda dan GNI tersebut, keduanya dibantu para musisi asal Surabaya dan Gresik, di antaranya Gatuk (gitaris Macan), Candra (basis Macan), dan Gede (drumer Crusial Conflict), Wipa (kibordis Syncope). Selain Edi Kemput, konser juga menghadirkan Toto Tewel. Penampilan gitaris Elpamas itu di Balai Pemuda merupakan yang keempat kali.
Nama Edi Kemput memang cukup dikenal di Surabaya. Sebab Grass Rock sendiri lahir di Surabaya pada 1985. Selama perjalanan karier bermusik, Grass Rock telah merilis empat album, Anak Rembulan (1992), Bulan Sabit (1993) dengan hitsnya Gadis Tersesat, album Grass Rock (1994) dengan hitsnya Datang Padaku, Dan terakhir Menembus Zaman (1999).
***
Empat tahun lebih Grass Rock Sebagai meraih kesuksesan grup rock papan atas di Indonesia. Tak salah bila banyak sohibnya di Surabaya terperangah melihat sosok Edi Kemput sekarang. Ya, dia memang berbeda jauh dibanding 20 tahun lalu. Edi yang dulu gondrong, kurus, dan dekil, kini berjubah, berjenggot, dan selalu memakai peutup kepala.
“Edi Kemput sekarang memang jauh lebih alim dan santun. Melihat saya cukup kaget setelah puluh tahun dia tak Bertemu, “tutur Ibnu Rusydi Sahara, sohib Edy Kemput, yang Bekerja di perusahaan media Ternama di Surabaya.
Saat tampil di panggung gaya Edi juga sangat sederhana. Tak ada lagi aksi Layaknya jikrak Jingkrak-gitaris rock. Dia hanya menggamit bibir saat merasakan nuansa melodius dalam lagu-lagu yang dibawakannya, seperti Prasangka, Anak Rembulan (Peterson), Bulan Sabit, Gadis Bersamamu, Dan Menembus Zaman.
Edi Kemput mengaku kehidupannya kini jauh lebih tenang setelah berupaya mendalami Islam secara sungguh-sungguh. Meski begitu, dia dapat melakoni dua ‘kehidupan’ yang berbeda, yakni sebagai musisi dan aktivis Islam. Sebagai musisi, Edi masih tetap eksis.
Edi sempat membantu Iwan Fals. Dia juga kerap tampil bersama Magenta Orkestra pimpinan Andy Rianto, yang mengusung sebuah “aliran” pop Orkestra.
Sementara kesibukan Edi berdakwah masih tetap berjalan. “Selain bermain musik, saya juga aktif berdakwah di Jamaah Tabligh,” cetus pria kelahiran Samarinda, 10 April 1966, ini.
Edi Kemputi memang satu dari sejumlah musisi yang mengalami ‘revolusi’ batin. Selain dia masih ada Gito Rollies, vokalis The Rollies yang kini sudah almarhum. Selain berdakwah, Gito masih menyediakan waktu untuk bernyanyi, bahkan film utama dan sinetron.
Satu lagi Harry Mukti, mantan vokalis Makara dan Adegan. Hanya, Harry memutuskan untuk memilih berdakwah saja. Dia tak pernah mau diajak menyanyi.itu adalah 10 gitaris lokal nah nanti saya akan me'post 10 gitaris luar negri...
TSUDUKU
Resin atau damar adalah suatu campuran yang kompleks dari sekret tumbuh-tumbuhan dan insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari metabolisme dan di bentuk diruang-ruang skizogen dan skizolisigen.
jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj








